Sebuah tusuk konde emas milik
seorang bocah putri khayangan bernama Widuri, terjatuh ke bumi. Namun tanpa
diduga dan menakjubkan, tusuk konde tersebut mencipatakan sebuah aliran sungai
yang kemuadian di kenal dengan sebuah nama sungai kalimas.
Nama
itu diberikan warga sekitar mengingat keberadaannya, permukaan sungai sempat
terlihat bersinar- sinar keemasan. Namun sesungguhnya, kejatuhan tusuk konde
telah diatur sedemikian rupa oleh Ambarukmo yang berniat ingin menyempurnakan
ilmunya serta untuk membalas dendam pada sang
raja dan ratu khayangan yang pernah mengusirnya.
Sementara
sang pemilik tusuk konde emas, Widuri mau tak mau harus terdampar dan tinggal
menetap di bumi sambil menanti sebuah keajaiban yang dapat mengembalikan
dirinya ke istana khayangan.
Sampai
suatu ketika, Ambarukmo menemukan kesempatan untuk mendapatkan dan memiliki
tusuk konde sang putri yang pernah hilang dengan cara memperalat kedua muridnya
yakni Rangin dan Panji.
Hal
tersebut dilakukan oleh Ambarukmo karena kedua muridnya itu selalu bersaing
dalam segala hal, termasuk urusan cinta. Dengan iming-iming akan mendapatkan
cinta Widuri, maka Ambarukmo lantas memerintahkan Rangin dan Panji untuk
berlomba menemukan tusuk konde emas.
Siapa
yang lebih dulu menyerah tusuk tersebut ke Widuri maka dia akan terpilih dan
berhak menikah dengan Widuri.
Dengan
ke licikan Ambarukmo wujud Panji dan Rangin berubah menjadi seekor hiu dan
buaya, yang diberi nama Sura dan baya, selain itu mereka juga di adu domba.
Sadar
bahwa mereka di adu domba, sang hiu dan buaya, lantas berbalik menyerang Ambarukmo
hingga sang guru tewas mengenaskan, Sura & Baya pun tidak luput dari ajal.
Namun
sebelum kematian menjemput, mereka sempat mengembalikan tusuk konde pada sang
gadis pujaan.
Maka,
demi mengingat jasa dan pengorbanan Sura & Baya, wilayah itu kemudian
diberinama SURABAYA
Catatan
: Kumpulan Dongeng dan Cerita Rakyat
SHAFIYYAH.
H. A
V – B
32